Forum Diskusi Methodist Imanuel
Bagi yang sudah mendaftar harap Login.. Kalo belum, ditekan donk tombol registernya.... Smile

Join the forum, it's quick and easy

Forum Diskusi Methodist Imanuel
Bagi yang sudah mendaftar harap Login.. Kalo belum, ditekan donk tombol registernya.... Smile
Forum Diskusi Methodist Imanuel
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Resensi buku

Go down

Resensi buku Empty Resensi buku

Post by princesa Sat 31 Jan 2009, 13:26

SUPREMASI ALLAH DALAM KHOTBAH

oleh: Rev. John Stephen Piper, D.Theol.

Penerbit:
Momentum Christian Literature (Fine Book Selection), 2008

Penerjemah: Andri Kosasih


Deskripsi singkat dari Denny Teguh Sutandio:

Apa itu khotbah? Tidak sedikit orang Kristen yang menyepelekan makna khotbah di gereja. Mereka berpikir bahwa khotbah itu mirip seperti pidato yang tidak ada gunanya. Akibatnya, di dalam kehidupan mereka sehari-hari pun, apa yang mereka dengarkan dari khotbah yang bertanggung jawab tidak pernah mereka aplikasikan. Di sisi lain, banyak pemimpin gereja hari-hari ini pun juga menyepelekan khotbah. Mereka berpikir bahwa khotbah itu sesuatu hal yang biasa. Khotbah bagi mereka tidak ada bedanya dengan training psikologi atau pemuasaan telinga jemaat (bdk. 2Tim. 4:3-4) demi mengeduk keuntungan pribadi sang pemimpin gereja. Benarkah khotbah seperti demikian yang dikehendaki Allah? TIDAK. Dengan bahasa yang sederhana, tegas, dan aplikatif, Rev. Dr. John S. Piper di dalam bukunya Supremasi Allah dalam Khotbah memaparkan pentingnya khotbah yang harus dikaitkan dengan supremasi dan kedaulatan Allah. Di dalam kata pengantar edisi revisi buku ini, Dr. Piper memaparkan bahwa khotbah bukan menjadi suatu sharing atau tempat memublikasikan seseorang atau sesuatu secara berlebih-lebihan (seperti iklan), tetapi, “Khotbah adalah penyembahan atas Firman Allah – teks Kitab Suci – dengan penjelasan dan kegembiraan yang meluap.” (hlm. ix). Selain itu, karena khotbah merupakan bagian dari ibadah, maka ibadah memiliki dua bagian yang simultan, yaitu melihat Allah dan menikmati Allah. Oleh karena itu, “Khotbah secara unik cocok untuk menggugah penglihatan akan Allah dan penikmatan akan Allah. Allah telah menetapkan Firman Allah datang dalam suatu bentuk yang mengajar akal budi dan menjangkau hati.” (hlm. x) Dengan dasar inilah, di dalam tiga bab pertama bukunya, Dr. Piper memaparkan tiga unsur khotbah yang dikaitkan dengan Allah Trinitas, yaitu:
Pertama, Tujuan Khotbah: Kemuliaan Allah. Artinya khotbah bertujuan untuk memuliakan Allah “yang ditujukan untuk membentuk ketaatan dalam sukacita kepada Kerajaan Allah” (hlm. 13).

Kedua, Dasar Khotbah: Salib Kristus. Khotbah yang beres bukan berdasarkan ide-ide psikologis atau humanisme manusia berdosa yang atheis, tetapi hanya berdasar salib Kristus. Dr. Piper memaparkan dua arti dari pernyataan ini, yaitu Salib Kristus adalah Dasar Validitas Khotbah (artinya kita mengkhotbahkan berita pengharapan kepada orang berdosa tanpa menghilangkan kebenaran dan kemuliaan Allah yang tanpa cela) dan Salib Kristus adalah Dasar Kerendahan Hati Khotbah (artinya “salib adalah kuasa Allah untuk menyalibkan kesombongan baik pengkhotbah maupun jemaat.”—hlm. 21).
Ketiga, Karunia Khotbah: Kuasa Roh Kudus. Karena tujuan khotbah adalah kemuliaan Allah di dalam ketaatan umat-Nya dengan sukacita, maka ketika berkhotbah, si pengkhotbah harus menyampaikan firman Allah dengan terus bergantung pada kuasa Allah. Agar tujuan khotbah ini tercapai, maka si pengkhotbah harus mengkhotbahkan Firman Allah yang diinspirasikan oleh Roh Allah dengan kuasa dan urapan Roh Kudus. Hal inilah yang kurang ditekankan oleh banyak pengkhotbah di gereja Protestan.

Selain itu, di Bab 4, Dr. Piper memaparkan tentang bagaimana khotbah itu harus disampaikan dengan serius namun juga tetap sukacita. Dengan meneladani khotbah dari Rev. Jonathan Edwards, Dr. Piper memaparkan bahwa khotbah yang disampaikan dengan serius adalah khotbah yang menerangi akal budi dan menyentuh afeksi manusia. Khotbah bukan hanya disampaikan dengan serius, tetapi juga dengan sukacita. Artinya, khotbah bukan dimaksudkan untuk membebani jemaat, tetapi untuk menyediakan kekuatan sukacita untuk menolong mereka untuk taat kepada Allah dan firman-Nya. Bab ini ditutup dengan 7 saran praktis memadukan keseriusan dan kesukacitaan dalam khotbah.

Bagian 2 buku ini terdiri dari 3 bab khusus uraian dari Dr. Piper tentang kehidupan, theologi, dan khotbah dari Rev. Jonathan Edwards, A.M. yang terkenal dengan Great Awakening-nya di Amerika Serikat. Di akhir bagian 2 ini, yaitu di bab 7, Dr. Piper memberikan 10 karakteristik khotbah dari Rev. Jonathan Edwards yang membuat khotbah Jonathan Edwards sangat berkuasa dan berdampak pada pertobatan orang-orang yang menghadiri kebaktian yang dipimpinnya.

Biarlah melalui buku ini, para pengkhotbah disadarkan akan pentingnya menyampaikan berita Firman Tuhan dengan bertanggung jawab dengan berpusat pada supremasi Allah!




Pujian terhadap buku ini:
“Obat kuat bagi pengkhotbah yang lelah – sebuah buku yang menggali begitu dalamnya sampai pada theologi, strategi, dan spiritualitas dari pelayanan mimbar.”
Prof. J. I. Packer, D.Phil.
(Emerius Professor of Theology di Regent College, Canada; Master of Arts—M.A. dan Doctor of Philosophy—D.Phil. dari University of Oxford, U.K.)

“Memanggil kita agar kembali kepada standar yang alkitabiah dalam berkhotbah, yang telah dicontohkan oleh banyak pengkhotbah besar, khususnya Jonathan Edwards dan Charles Spurgeon.”
Rev. Dr. Warren W. Wiersbe
(penulis dan pembicara seminar; lulusan: Indiana University, Roosevelt University, and the Northern Baptist Theological Seminary)

“Alkitab bukan buku yang berisi saran-saran praktis untuk hidup yang lebih nyaman. Alkitab adalah penyataan Allah. Supremasi Allah dalam Khotbah mengingatkan para pengkhotbah akan apa yang begitu mudah kita lupakan sehingga membahayakan kehidupan kita sendiri maupun kehidupan jemaat yang kita gembalakan.”
Prof. Haddon W. Robinson, Ph.D.
(Harold John Ockenga Distinguished Professor of Preaching di Gordon-Conwell Theological Seminary; Master of Theology—Th.M. dari Dallas Theological Seminary, U.S.A. ; M.A. dari Southern Methodist University; dan Doctor of Philosophy— Ph.D. dari University of Illinois)

“John Piper dengan sepenuh hati memanggil semua pengkhotbah untuk menyatakan supremasi Allah dalam setiap khotbah yang diberitakan. Seruan ini tidak mungkin bisa diabaikan oleh seorang pengkhotbah yang setia.”
Prof. Bryan Chapell, Ph.D.
(Rektor dan Profesor Theologi Praktika di Covenant Theological Seminary, U.S.A.; B.S.J. dalam bidang jurnalisme, English literature, sejarah Amerika dari Northwestern University, Evanston, IL; Master of Divinity—M.Div. dalam bidang studi pastoral dari Covenant Theological Seminary, St. Louis, MO, U.S.A.; dan Ph.D. dalam bidang speech communication dari Southern Illinois University, Carbondale, IL)

“Supremasi Allah dalam Khotbah adalah salah satu buku yang wajib diperhatikan dalam pelayanan Firman.”
Rev. Philip Graham Ryken, D.Phil.
(gembala sidang Tenth Presbyterian Church, Philadelphia, U.S.A.; Bachelor of Arts—B.A. dari Wheaton College, IL; M.Div. dari Westminster Theological Seminary, PA; dan D.Phil. dari University of Oxford , UK .

“Terkadang di tengah begitu banyak buku yang tersedia bagi para hamba Tuhan, muncul satu karya yang begitu luar biasa bagi pelayan Firman, sehingga tidak salah jika buku tersebut disebut: ‘Buku wajib baca.’ Supremasi Allah dalam Khotbah adalah buku demikian.”
Rev. Prof. Sinclair B. Ferguson, Ph.D.
(Profesor tamu bidang Theologi Sistematika di Westminster Theological Seminary, U.S.A., anggota dewan dari Alliance of Confessing Evangelicals, dan Pendeta Senior di First Presbyterian Church of Columbia, South Carolina, U.S.A.; Ph.D. dari University of Aberdeen)

“Buku ini wajib dibaca terus oleh setiap pengkhotbah setiap tahun. Buku ini memberikan penawar yang paten bagi banyak khotbah masa kini yang tidak berimbang dan berpusat pada diri.”
Rev. Erwin W. Lutzer, Ph.D., LL.D. (HC), D.D. (HC)
(Pendeta senior di The Moody Church, Chicago, U.S.A.; Bachelor of Theology—B.Th. dari Winnipeg Bible College; Master of Theology—M.Th. dari Dallas Theological Seminary, Dallas, Texas, U.S.A.; M.A. dalam bidang Filsafat dari Loyola University Chicago; Ph.D. dari Loyola; menerima gelar kehormatan: Doctor of Lawss—LL.D. dari Simon Greenleaf School of Law dan Doctor of Divinity—D.D. dari Western Conservative Baptist Seminary)






Profil Rev. Dr. John S. Piper:
Rev. John Stephen Piper, B.D., D.Theol. adalah Pendeta Senior di Bethlehem Baptist Church dan seorang penulis yang sangat produktif dari perpektif Calvinis. Beliau menyelesaikan gelar Bachelor of Divinity (B.D.) di Fuller Theological Seminary di Pasadena, California pada tahun 1968-1971. Beliau melakukan studi doktoralnya di dalam bidang Perjanjian Baru di University of Munich, Munich, Jerman Barat pada tahun 1971-1974. Disertasinya, Love Your Enemies, diterbitkan oleh Cambridge University Press dan Baker Book House.



credit for Denny Teguh Sutandio@metamorphe
princesa
princesa
User Cupu
User Cupu

Number of posts : 4
Age : 33
Thanked : 0 times
Registration date : 2009-01-31

Back to top Go down

Resensi buku Empty Re: Resensi buku

Post by princesa Sat 31 Jan 2009, 13:33

AJARLAH KAMI BERGUMUL
(Refleksi Atas Kitab Mazmur)

oleh: Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S.

Penerbit: Momentum Christian Literature, 2008


Deskripsi singkat dari Denny Teguh Sutandio:
Hidup sebagai orang percaya adalah hidup yang terus-menerus dikuduskan oleh Roh Kudus agar taat kepada Kristus. Salah satu tanda hidup orang percaya yang dikuduskan adalah hidup yang bergumul. Hidup Kristen yang tak pernah bergumul adalah hidup Kristen yang sia-sia. Mengapa? Karena bergumul adalah tanda kita memiliki hubungan pribadi dengan Allah, bukan hanya mengenal Allah secara kognitif/theologi. Makin kita bergumul di hadapan Allah, kerohanian kita makin ditumbuhkan, karena kita semakin mengenal Allah kita secara eksistensial. Pergumulan itu ditandai dengan penyesalan dan kekaguman, keyakinan dan keraguan, jawaban dan pertanyaan, sorak-sorai dan ratapan, bahkan berdiam diri. Semua itu bukan bertujuan ingin mempertanyakan kedaulatan Allah lalu meninggalkan- Nya, tetapi semuanya bertujuan agar orang percaya makin mengenal Allah secara pribadi di dalam setiap jalan-jalan- Nya yang sering kali tidak kita pahami. Dengan bahasa yang sederhana dan mendalam, hamba-Nya, Pdt. Billy Kristanto menuntun kita untuk terus bergumul melalui refleksi singkat atas Kitab Mazmur yang penuh dengan pergumulan para penulisnya (termasuk Raja Daud) di hadapan Tuhan. Beberapa konsep dari buku ini telah mencerahkan dan mengoreksi hati dan pikiran saya yang sering kali lemah. Bukan hanya buku, secara pribadi, Pdt. Billy Kristanto adalah sosok hamba Tuhan yang cerdas, bijaksana, namun memiliki kerendahan hati dan tingkat spiritualitas yang matang. Mendengarkan banyak khotbah dan pengajaran dari beliau membuka wawasan iman saya dan mengoreksi spiritualitas saya. Biarlah Tuhan boleh memakai buku ini dan penulisnya menjadi berkat bagi pertumbuhan kerohanian kita agar makin memuliakan Tuhan. Soli Deo Gloria.





Profil Pdt. Billy Kristanto:
Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S., Ph.D. (Cand.) lahir pada tahun 1970 di Surabaya. Sejak di sekolah minggu mengambil bagian dalam pelayanan musik gerejawi. Setelah lulus SMA melanjutkan studi musik di Hochschule der Künste di Berlin majoring in harpsichord (Cembalo) di bawah Prof. Mitzi Meyerson (1990-96).
Setelah menamatkan studi musik di Hochschule der Künste di Berlin pada tahun 1996 Pdt. Billy Kristanto melanjutkan post-graduate study di Koninklijk Conservatorium (Royal Conservatory). Beliau melayani sebagai Penginjil Musik di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Jakarta sejak Februari 1999 and pada tahun yang sama memulai studi theologi di Institut Reformed dan lulus pada tahun 2002 dengan mendapatkan gelar Master of Christian Studies (M.C.S.) beliau menjabat sebagai Dekan School of Church Music di Institut Reformed Jakarta. Ditahbiskan menjadi pendeta sinode GRII di tahun 2005 beliau saat ini menggembalakan jemaat MRII Berlin, MRII Hamburg, PRII Munich, dan Persekutuan Reformed Stockholm. Saat ini beliau sedang menyelesaikan studi doktoral di bidang musikologi di Universitas Heidelberg , Jerman. Beliau (bersama istri) mengelola maillist: METAMORPHE (http://groups. yahoo.com/ group/METAMORPHE). Beliau menikah dengan Suzianty Herawati dan dikaruniai dua orang anak, Pristine Gottlob Kristanto dan Fidelle Gottlieb Kristanto.

Credit given for Denny Teguh Sutandio@metamorphe
princesa
princesa
User Cupu
User Cupu

Number of posts : 4
Age : 33
Thanked : 0 times
Registration date : 2009-01-31

Back to top Go down

Resensi buku Empty Re: Resensi buku

Post by princesa Sat 31 Jan 2009, 13:34

MENAPAKI HARI BERSAMA ALLAH

oleh: Pdt. Yohan Candawasa, S.Th.

Penerbit: Pionir Jaya dan Unveilin GLORY, Bandung, 2006


Deskripsi singkat dari Denny Teguh Sutandio:
Waktu adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada manusia. Khususnya sebagai anak-anak Tuhan, kita bukan hanya mengerti waktu adalah anugerah Tuhan, kita diperintahkan untuk menebus waktu kita demi kemuliaan-Nya (terjemahan Inggris dari Ef. 5:16). Menebus waktu itu bisa kita lakukan dengan mempergunakan setiap waktu kita untuk memuliakan Tuhan setiap hari. Mempergunakan setiap waktu untuk memuliakan Tuhan itu bisa dilakukan dengan berjalan bersama Allah di dalam setiap hari yang Tuhan beri. Lalu, bagaimana kita bisa berjalan bersama Allah di dalam setiap hari tersebut? Di dalam bukunya Menapaki Hari Bersama Allah, hamba-Nya, Pdt. Yohan Candawasa memaparkan prinsip-prinsip bagaimana kita bisa menjalani hari demi hari bersama dan di dalam Allah untuk menggenapi kehendak-Nya.

Buku ini dimulai dengan Bab 1 yang membentuk ulang paradigma Kristen kita tentang hidup. Di dalam bab ini, Pdt. Yohan Candawasa memaparkan bahwa hidup itu dilihat bukan dari awalnya, tetapi dari akhirnya, karena itu yang mencerminkan keaslian kita. Hal itu ditandai dengan obituari yang akan kita tuliskan kelak. Lalu, mungkin di dalam hidup yang kita jalani, kita menemukan banyak rintangan. Bagaimana mengatasinya? Di dalam Bab 2, dengan menguraikan Mazmur 73, Pdt. Yohan menguraikan alasan kita sering kali enggan menerima rintangan hidup, yaitu kita menyangka bahwa kita bisa barter dengan Allah. Kalau kita baik dan melayani Tuhan, maka Ia pasti tidak akan memberikan kecelakaan kepada kita. Agama timbal balik ini bukan Kekristenan, karena Kekristenan mengenal konsep anugerah. Anugerah ini memimpin hidup umat Tuhan untuk mengerti bahwa meskipun seolah-olah Allah itu tidak adil dengan membiarkan orang fasik itu hidup sukses, tetapi sesungguhnya kesuksesan orang fasik itu mengarah kepada kebinasaan. Sebaliknya, meskipun anak Tuhan mengalami penderitaan, tetapi Ia memberi kekuatan kepada kita, sehingga kita pasti mengalami kemenangan karena kemenangan Kristus. Kemudian, di Bab 3, beliau menguraikan lebih dalam lagi makna penderitaan di dalam perspektif Ilahi, di dalam tema, Kala Allah Tak Terpahami. Setelah memahami penderitaan, pembaca digiring untuk mulai masuk ke dalam setiap hari bersama Allah. Melalui Bab 4, Menapaki Hari Bersama Allah, Pdt. Yohan menguraikan melalui kisah Yusuf di dalam Kejadian 50:15-21, bahwa ketika kita menapaki hari bersama Allah, hendaknya orang Kristen tidak perlu menyesal akan masa lalu (“Kalau saja...”) dan tidak perlu kuatir akan masa depan (“Bagaimana kalau...”), sebaliknya kita harus: melihat ke atas (yaitu iman dan pengharapan) ketika menapaki hari-hari bersama Allah dan mengurus/bertanggun g jawab atas apa yang Tuhan percayakan kepada kita hari ini.

Setelah kita mengerti bagaimana menapaki hari bersama Allah, kita digiring untuk mengerti tentang problematika hidup orang percaya. Hal ini dimulai di Bab 5, “Anda Meminta Allah Memberi”, di mana Pdt. Yohan memaparkan bahwa ketika kita meminta sesuatu, Allah memberikan sesuai dengan kehendak-Nya yang terbaik, sehingga jangan pernah memaksa Allah di dalam permintaan kita. Selain tentang permintaan, kita digiring ke dalam tema membayar harga. Di dalam Bab 6, Jika Allah Meminta, kita diingatkan bahwa bukan hanya kita yang terus meminta seperti pengemis, Tuhan pun bisa meminta kita. Apa tujuannya? Agar fokus hidup kita bukan pada pemberian Allah saja, tetapi kepada pribadi Allah, sehingga meskipun Allah meminta sesuatu dari kita, kita tidak akan kecewa. Beliau mengajarkan prinsip penting, “Penting sekali untuk hidup dua arah bersama Tuhan: melepas untuk menangkap, menggenggam untuk melepas; kosong untuk diisi, isi untuk dikosongkan; dari tiada kita mendapatkan, dan mendapatkan untuk memberi.” (hlm. 135) Setelah diajar mengenai Allah meminta sesuatu dari kita, kita dibawa masuk lebih dalam lagi oleh Pdt. Yohan Candawasa untuk bersyukur senantiasa. Dasar dari bersyukur adalah segala sesuatu yang kita miliki dan kerjakan berasal dari Allah. Setelah bersyukur, Pdt. Yohan memaparkan empat dampak dari bersyukur, yaitu: mengingatkan kita akan Pemberi (Allah) dan bukan hanya pemberiaan saja, melibatkan si Pemberi itu di dalam pemberian yang diberikan-Nya itu sehingga kita mampu mempertanggungjawab kan pemberiaan itu sesuai aturan main dari si Pemberi, menghindarkan kita dari banyak dosa: perzinahan, pencarian rezeki haram, iri hati, dan ketamakan, dan terakhir, membawa sukacita dalam hidup. Setelah bersyukur, kita diingatkan kembali di Bab 8, Akulah Kebangkitan dan Hidup, tentang kuasa Kristus yang memberikan hidup kekal dan kebangkitan kepada kita secara rohani, sehingga hidup yang kita jalani bukan hidup rutinitas, tetapi hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10:10b). Mengapa? Karena kita telah, sedang, dan akan mencicipi taste of heaven (suasana sorga) di dalam hidup yang berjalan bersama Allah.

Melalui buku ini, kita disadarkan kembali tentang menapaki setiap hari kita bersama dan dari sudut pandang Allah, sehingga hidup kita memiliki makna sejati. Maukah kita berkomitmen menjalani hidup kita bersama dan dari sudut pandang Allah saja? Biarlah buku ini memberkati dan menguatkan kita untuk menjadi saksi Kristus di tengah dunia berdosa ini.






Profil Pdt. Yohan Candawasa:
Pdt. Yohan Candawasa, S.Th. dilahirkan pada tanggal 11 Maret 1960. Selulus SMA, beliau melanjutkan studi di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang, sebagai jawaban atas panggilan Tuhan baginya.
Beliau mendalami studi Biblika dan Eklesiologi yang kemudian dituangkan dalam skripsinya.
Kerinduannya untuk membina jemaat Tuhan dinyatakan selama pelayanan di Gereja Kristen Abdiel Elyon, Surabaya (1985-1987) dan juga Gereja Kristen Immanuel Bandung (1988-1996). Selama pelayanan tersebut, beliau berkesempatan mengunjungi RRC dalam rangka perjalanan misi. Dalam kunjungan tersebut, beliau memperoleh beban pelayanan dari Tuhan untuk menggumuli penginjilan di RRC.
Beliau menikah dengan Stephanie, dan telah dikaruniai seorang putra bernama Yeiel Candawasa.
Tahun 1996-1997 beliau melayani sebagai Gembala Sidang di Mimbar Reformed Injili di Taipei. Kemudian tahun 1998-1999 beliau melayani di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Granada, Jakarta.
Mulai tahun 2000 beliau melayani di CCM (Care for China Ministry). Selain itu, beliau juga mengajar di Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta.

Credit given to Denny Teguh Sutandio@metamorphe
princesa
princesa
User Cupu
User Cupu

Number of posts : 4
Age : 33
Thanked : 0 times
Registration date : 2009-01-31

Back to top Go down

Resensi buku Empty Re: Resensi buku

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top


 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum